Hari
itu, kamu pamit kepadaku untuk pergi melanjutkan pendidikanmu di kota pelajar
yang jauh itu. Aku sempat berkata padamu
“kenapa begitu cepat, apa tak dapat di
tunda untuk beberapa hari lagi??”.
Dengan sangat bijaksana, kamu tersenyum dan mencoba untuk menjelaskan
semuanya “maaf ya bawel, gag bisa. Banyak yang harus aku persiapkan untuk
kuliahku disana, dan ada juga beberapa test yang harus aku ikuti”.
Tanpa sadar,
air mataku menetes “aku takut, takut
untuk melepasmu, takut kalau kita tak
bisa bertemu lagi, dan takut kalau kamu akan melupakanku”. Mendengar ucapanku, dia juga seolah berat
untuk pergi, tapi apalah daya semua telah diatur oleh orang tuanya dan mau gag
mau dia harus ikut kata orang tuanya. “aku janji kita akan bertemu lagi, mungkin
gag untuk dalam waktu dekat. Mungkin 5
atau 10 tahun lagi setelah kita sama-sama sukses. Dan tenang aja yah bawel, aku gag akan pernah
melupakanmu. Karena kamu adik yang
terbaik dan tersayang bagiku”. Mendengar
itu, aku tersenyum. Meskipun berat aku
harus ikhlas untuk melepasnya, meskipun sangat sangat berat.
Tapi,
belum ada 1 tahun kamu pergi meninggalkanku, kamu sudah lupa dengan
diriku. Kamu seakan lupa dengan
janji-janji manis mu dulu. Aku mencoba
untuk selalu mengerti, mungkin kamu sibuk disana untuk menyelesaikan studi mu
dan bersiap untuk melanjutkan ke dunia kerja.
Tapi, tak seharusnya juga kamu mengingkari semua janji yang telah kau
utaran kepadaku. Jika kamu memang tak
sanggup untuk menepatinya, tolong jangan katakan dan jangan pernah kau
membesitkan luka dihatiku.
Tak
perlu kau berusaha untuk melupakan aku, karena aku telah sadar aku memang tak
pantas untukmu. Dia wanita yang sudah
jelas seiman denganmu lah yang sudah jelas pantas menjadi pendampingmu. Cukup lah aku yang telah mengganggu hidupmu,
cukuplah aku yang selama ini ridu akan hadir bayangmu, cukuplah aku yang selalu
bermimpi bisa hidup bersamamu, cukuplah sudah semua. Kini takada lagi kamu, tak ada lagi kisah tentangmu. Semuanya telah berakhir !!!!
Tidak ada komentar:
Posting Komentar